Friday, May 8, 2009
Ghadir Khum dan Saqifah
Salam,
Setelah turunnya [Q.S. Al-Maidah 67], maka kemudian Rasul SAWW menyampaikan
khutbahnya, di antara isinya yaitu :
1. Memerintahkan manusia untuk berpegang pada Al-Qur'an dan mentaati Ahlul Bait Rasul (AS) sepeninggal beliau, karena keduanya tak akan pernah berpisah sampai bertemu dengan beliau di Surga (Al-Haudh). Lihat posting saya yang bertajuk "Mentaati Ahlul Bait (AS)".
2. Mengumumkan bahwa penerus kepemimpinan beliau adalah Ali (AS) dan memerintahkan seluruh manusia untuk mengikuti kepemimpinan Ali (AS) sepeninggal beliau.
Kalimat Rasul SAWW adalah :
"Siapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya, Ya Allah tolonglah orang yang menolong Ali, dan Musuhilah orang yang memusuhi Ali".
Tentang pengangkatan Ali (AS) telah banyak diriwayatkan oleh segala kalangan ulama, seperti ahli hadits, ahli tarikh, tafsir, dll.
Berikut referensinya.
A. Ahli Hadits :
1. Al-Hakim, dalam "Mustadrak"
2. Adz-Dzahabi, dalam "Talkhisul Mustadrak"
3. Turmudzi, dalam "Nawadirul Ushul"
4. Muslim, dalam shohihnya
5. Nasa'i, dalam shohihnya
6. Ahmad bin Hambal, dalam musnadnya
7. Muttaqi Al-Hindi, dalam "Kanzul Ummal"
8. Ibnu Majah, dalam Sunan-nya
B. Sanad periwayatan :
110 sahabat, seperti Zaid bin Arqam, Anas bin Malik, Jabir Al-Anshori, Hudhaifah bin Usaid Al-Ghifari, Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah,.....dst.
[selebihnya pada kitab: "Al-Ghodir" oleh Al-Amini].
C. Pemikir Muslim :
1. Ibn Taimiyyah dalam "Al-Aqidatul Wasithiyyah"
2. Al-Ghazali, dalam "Siyar Al-Alamin"
3. Ibnu Al-Jauzi, dalam "Tazkirah Al-Khawas"
4. Ibnu Katsir, dalam "Al-Bidayah Wan Nihayah"
D. Ahli Tarikh :
1. Al-Ya'qubi, dalam tarikhnya
2. Ibn Abil Hadid, dalam tarikhnya
3. Thabari, dalam "Riyadh An-Nadhirah" dan "Al-Wilayah fi Thuruqi Hadits Al-Ghodir"
4. Ibnu Asakir, dalam tarikhnya
5. Ibnu Atsir, dalam "Usudul Ghobah"
6. Ibnu Abdil Barr, dalam "Al-Isti'ab"
7. Ibnu Abdu Rabbih, dalam "Al-'Iqd al-Farid"
8. Al-Jahidz, dalam "Utsmaniyyah"
9. Ibn Katsir, dalam Tarikh-nya
10. Ibnu Abi Hatim.
11. Ibn Mardawaih.
E. Ahli Tafsir :
1. Fakhrur-Razi, dalam tafsirnya
2. Abu Ishaq Ats-Tsa'labi, dalam tafsirnya
3. Suyuthi, dalam "Al-Hawi lil Fatawi"
F. Penyair Muslim :
1. Hasan bin Tsabit Al-Anshori
2. Abu Tamam At-Tha'iy
3. Al-Kumait Al-Asdiy
Sumber-Sumber Rujukan lain :
1. Al-Hamid Al-Husaini, dalam "Imamul Muhtadin", penerbit Yayasan Al-Hamidiy.
2. KH. Abdullah Bin Nuh, dalam "Keutamaan Keluarga Rasulullah SAW", penerbit Toha Putra.
"Selamat untukmu wahai putera Abi Tholib. Kini engkau adalah pemimpinku dan pemimpin kaum mukmin dan mukminat"
Ref. ahlusunnah :
1. Ahmad, dalam Musnad, jilid 4, hal. 281.
2. Al-Ghazali, dalam "Siyar Al-Alamin".
3. Ibnu Al-Jauzi, dalam "Tarikh Al-Khawas".
4. Thabari, dalam "Riyadh An-Nadzirah".
5. Muttaqi Al-Hindi, dalam "Kanzul Ummal".
6. Tafsir Ar-Razi.
7. Ibnu Katsir, dalam "Al-Bidayah Wan Nihayah".
8. Tarikh Ibnu Asakir.
9. Habib Al-Hamid Al-Husaini, dalam "Imamul Muhtadin".
dll.
Berdasarkan keterangan saya di atas dan posting sebelumnya. Bahwa Rasul SAWW (atas perintah Allah SWT) telah mengangkat Imam Ali (AS) sebagai penggantinya.
Yang hal ini diketahui oleh Abubakar dan Umar serta semua sahabat. Bahkan mereka memberikan selamat pada Imam Ali.
Sehingga kalau kemudian terjadi peristiwa Saqifah, jelas ini bertentangan dengan wasiat dan ketentuan Rasul SAWW tersebut. Sehingga tidak ada alasan lain selain alasan politik.
Pertemuan tersebut terjadi saat keluarga Rasul SAWW masih sibuk mengurusi jenazah Rasul SAWW.
Terbukti pemilihan di saqifah tersebut telah menyebabkan perpecahan di antara sahabat. Antara kubu Sa'ad bin Ubadah dan kubu Abubakar & Umar. Saat terjadi perdebatan dan keributan di situ, lalu dengan serta merta Umar mengumumkan bahwa kekhalifahan dipegang oleh Abubakar, dan yang menentangnya akan dibunuh.
Sampai akhirnya Sa'ad bin Ubadah tidak mau sholat bersama Abubakar dan Umar.
Ref. ahlusunnah :
1. Ibn Qutaibah, dalam "Tarikh Khulafa".
2. Ibnu Hisyam, dalam "Siroh Nabawiyyah".
3. Abubakar Al-Jauhari, dalam "Saqifah".
dll.
Namun kemudian setelah peristiwa Saqifah tersebut, Umar sendiri mengatakan bahwa pemilihan Abubakar di Saqifah oleh beberapa sahabat tersebut adalah "faltah" (kesalahan), dan yang mengulangi cara bai'at tersebut mesti dibunuh, atau paling tidak bai'at-nya tidak sah (tidak diakui). Atau istilah lain, faltah yang terjadi sebagaimana faltah-nya jahiliyah.
Ref. ahlusunnah :
1. Shohih Bukhori, jilid 4, hal. 127.
2. Tarikh Thabari, jilid 2, hal. 244, bab "Saqifah".
Itulah akibat pelanggaran dari perintah Allah dan Rasul-Nya, yang akhirnya justru menyebabkan perpecahan umat sampai sekarang.
Wassalaam,
sumber www.fatimah.org
~ ku jejaki ahlul bayt kerana ku ingin menjadi sebahagian dari mereka - Ummu Husseini~
Sejarah Muhammad Rasulullah saw
Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh “berhala-berhala” yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki wujud “berhala” yang sama.
Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya.
Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya. Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api “abadi” di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah.
Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya” ke dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat.
Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad).
Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala” domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya.
Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.” Orang bertanya kepada Nabi,” Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?” Beliau menjawab,” Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.”
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur” (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain.
Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang. Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan.”
Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat.
Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil. Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut: “Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!” Apakah anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?” Nabi menjawab,”Apa maksud Anda?” Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,” Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?” Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju.
Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan". Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan.
Tentang keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah permanen". Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.” Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul. Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan.
Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa.
Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.”
Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari.
Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,”Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.” (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!” Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain.
Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah. Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah.
Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak.
Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat karib”-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,” disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’.
Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut “Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena. Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah “Khodijah”. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,”Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril”. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,” Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati.
Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?”.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap,” Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,” Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian.
Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia". Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya.
Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,” Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya.
Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya…”. Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.” Nabi menjawab,” Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.” Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.” Nabi menjawab,” Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.”
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,” Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?” Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan, “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.”
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta beberapa orang tak terlindung.
Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman “Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga tahun.
Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga.
Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita).
Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,” Ayah, kemana Ibu?” Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya.
Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata, “Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya. Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi ‘Ali.
Kepadanya Nabi berkata,”Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,”Apa yang terjadi ?” Mereka menjawab,”Kami mencari Muhammad. Di mana dia?” ’Ali berkata,” Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.” Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.” Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) – disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,” Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi,” Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda,” Panggil dia.” ‘Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi.” Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui jalur khusus,” Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit yang digali kaum Yahudi.” Seseorang bertanya kepadanya,” Apakah Anda merasakan beratnya?” ‘Ali menjawab,” Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya.” Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!”
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut – semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?” Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!”
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini – tidak bisa – tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,”Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu...” Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan – dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa “penguasa” itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini ?”
Mereka serentak menjawab,”Bulan Haram!” .....
...”Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....”
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
sumber dari www.fatimah.org
~ ku jejaki ahlul bayt kerana ku ingin menjadi sebahagian dari mereka _Ummu Husseini ~
Muhammad Rasulullah saw
Nama : Muhammad saw
Gelar : Al-Musthafa
Julukan : Abu Al-Qosim
Ayah : Abdullah bin Abdul Muththalib
lbu : Aminah binti Wahab
Tempat/Tgl. Lahir : Makkah, Senin, 12 Rabiul Awal
Hari/Tgl. Wafat : Senin, 28 Shofar Tahun 11 H.
Umur : 63 tahun Makam : Madinah
Jumlah Anak : 7 orang, 3 laki-laki dan 4 perempuan Anak laki-laki : Qosim, Abdullah dan lbrahim
Anak perempuan : Zainab, Ruqoiyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah.
Riwayat Hidup Riwayat Hidup Nabi Muhammad saww di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya lahirlah seorang bayi dan keluarga yang sederhana di kota Makkah, yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Ayahandanya bernama Abdullah putra Abdul Muththalib yang wafat sebelum beliau dilahirkan 7 bulan. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka'bah.
Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya. Dan dalam usia enam tahun beliau juga kehilangan ibudanya yang tercinta, Aminah binti Wahab. Setelah kematian kedua orang tuanya, datuk beliau Abdul Muthalib mengambil alih pendidikan nya. Menjelang wafatnya, Abdul Muththalib menunjuk putranya, Abu Thalib, sebagai wali dari Nabi Muhammad saww.
Beliau dikenal sebagai orang yang tampan, ramah, jujur dan suka menolong sesamanya. Dan pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang bangsawan nan rupawan, Khadijah binti Khuwailid. Pada usia 40 tahun, Muhammad saww mendapat wahyu dari Allah SWT dan diangkat sebagai Nabi untuk sekalian alam. Ketika itu beliau senantiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia.
Hingga datanglah Jibril a.s. dengan membawa berita gembira, lalu menyapa dan memerintahkan: "Bacalah dengan nama Tahanmu". Kemudian Rasululullah saww mulai berdakwah mengajak kerabatnya menuju kepada pengesaan Allah SWT yang meniupakan asal muasal dari segala yang wujud. Khadijah, istrinya merupakan orang pertama dari kalangan kaum wanita yang mempercayai kenabiaannya. Sedang laki-laki pertama yang mengikuti dan mengimani ajarannya adalah, Ali bin Abi Thalib a.s.
Selama tiga tahun Rasululullah saww berdakwah secara diam-diam di kalangan keluarganya dan setelah turun ayat 94 dari Surah Al-Hijr yang berbunyi: "Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan herpalinglah dari orang-orang musyrik", Rasulullah saww mulai berdakwah secara terang-terangan. Narnun, temyata kaum Qurays menolak ajakan suci dari Rasulullah saww, bahkan pamannya sendiri, Abu Lahab, termasuk salah seorang yang memusuhinya. Melihat permusuhan kaum Qurays pada beliau saww, pamannya, Abu Thalib, berkata: "Bagaimana rencanamu dalam menghadapi permusuhan ini, wahai kemenakanku? Akankah engkau menghentikan misimu?".
Dengan spontanitas Rasululllah saww menjawab: "Wahai pamanku! Andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan misi ini, sungguh aku tidak akan menghentikannya, hingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa karenanya". Bagi Muhammad saww demi proyek Allah apapun boleh terjadi. Gangguan demi gangguan, penderitaan demi penderitaan. ejekan, fitnahan, cemoohan serta penganiayaan, telah mewarnai kehidupannya.
Kaum Qurays bukan hanya mengganggu Rasulullah saww akan tetapi para sahahatnya seperti, Amar serta kedua orang tuanya, Bilal dan yang lainnya juga tidak luput dan penyiksaan dan penganiyayaan. Melihat tingkah laku umatnya, khususnya kaum Qurays, Rasulullah saww sangat sedih sekali. Beliau saww yang dikenal sebagai pembawa rahmat, penuh belas kasih, terhiasi dengan kasih sayang, merasa sedih karena beliau tahu bahwa penolakan dan gangguan kaumnya itu lidak lain hanya akan mengakibatkan kesengsaraan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat .
Kesedihan itu semakin bertambah ketika pada tahun kesepuluh dari kenabiaannya, istrinya, Khadijah, yang sangat menyanyanginya, yang membantu penyebaran misi Allah dengan harta dan jiwanya, yang selalu menghibur dan membahagiakan Rasulullah saww di saat beliau diganggu dan dianiaya oleh kaumnya, meninggal dunia. Tidak hanya itu, pamannya, Abu Thalib, yang memelihara sejak kecil hingga dewasa, yang selalu membela dengan jiwa dan raganya, juga meninggal dunia pada tahun yang sama. Setelah kepergian dua orang terkemuka, pembela Rasululah saww dalam segala keadaan, gangguan kaum kalir Quraiys semakin menjadi-jadi.
Dan pada tahun ke-13 dari kenabiannya, Rasulullah saww berhijrah ke kota Madinah, setelah kaum kafir Quraisy bersepakat untuk mcmbunuhnya. Di tempat hijrahnya itulah Rasulullah saww mulai mendapat sambutan, sehingga beliau mampu menyebarkan misi Allah dengan lebih leluasa dan mendirikan negara Islam di bawah pimpinan beliau sendiri. Negara Islam yang masih muda belia itu dipaksa untuk menghadapi lantangan dan serangan yang datang dan kaum kafir Qurays Mekkah dan dan kaum Yahudi yang ada disekitar Madinah.
Kemudian terjadilah peperangan-peperangan yang dipaksakan kepada negara Islam yang masih muda itu, oleh pihak-pihak yang tidak setuju terhadap misi suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saww. Peperangan itu berawal dan perang Badar, Uhud, Khandak dan peperangan yang lainnya. Berkat bantuan Allah, dan kepandaian Rasulullah dalam mengatur siasat serta berkat keberanian para sahabatnya, khususnya keluarganya seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, Ja'far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib, akhirnya negara Islam yang baru didirikan itu mampu menahan segala serangan dan berdiri dengan kokoh.
Setelah Rasulullah saww berhasil mendirikan negara Islam kemudian beliau memberikan pengajaran dan pengkaderan yang lebih kepada shabatnya. Bukti keberhasilan yang beliau ajarkan adalah banyaknya para sahabat yang menjadi cerdik pandai dan yang paling pandai di antara sahabatnya adalah sepupunya sendiri yang sekaligus suami dari putrinya yaitu Ali bin Abi Thalib a. s.
Karena banyaknya kegiatan yang beliau laksanakan, serta bertambahnya usia, menyebabkan kekuatan fisik beliau cepat menurun. Akhirnya, tepat pada tanggal 28 Shafar tahun 11 H dalam usianya 63 tahun, Nabi suci, Nabi pilihan yang sekaligus penutup segala nabi yang sejak awal kehidupannya senantiasa mengabdikan diri pada Allah SWT, harus meninggalkan dunia fana ini menuiu ke hadirat Allah SWT. Beliau telah tiada, namun namanya tetap terukir indah sepanjang masa.
sumber dari www.fatimah.org
~ ku jejaki ahlul bayt kerana ku ingin menjadi sebahagian dari mereka - Ummu Husseini~
Dan Manusia Suci itu Lahir...
Pertama, peran sosial dengan sistem kepribadian yang dibangunnya meng-gambarkan paradigma pandangan-dunia yang sistemik. Ajaran-ajarannya membe-rikan inspirasi dan gairah hidup bagi pembelaan nilai-nilai kemanusiaan.
Kedua, peninggalan dari ajaran-ajarannya sebagai bukti-bukti dari sejarah per-adaban yang merupakan representasi akumulatif dari di-rinya. Ketiga, pendukung-nya merupakan hasil bentukan sistem yang berdasarkan kerangka dasar paradigma perubahan. Di antara sosok manusia besar yang pernah hidup dalam blantika sejarah kemanusiaan adalah Na-bi Muhammad saw.
Kebesarannya terbentuk karena perpaduan harmonis antara nilai Rububiyah Ilahi dengan semangat pembelaan terhadap kemanusiaan dan kealaman. Tetapi sering terjadi, tokoh besar ini dipahami secara keliru. Kesalahan itu antara lain karena latar sejarah kelahirannya yang diterima oleh masyarakat telah mengalami reduksi yang sedemikian rupa.
Dalam al-Quran, berita kelahiran nabi dan ra-sul selalu berbarengan dengan peristiwa-peristiwa spektakuler. Nabi Musa as misalnya. Sebelum kelahirannya, para ahli nujum Fir’aun meramalkan bahwa akan lahir seorang anak manusia yang akan menghan-curkan kedudukannya sebagai raja. Fir’aun segera me-ngumumkan maklumat untuk mendeteksi setiap bayi yang lahir dan memerintahkan untuk membunuhnya jika bayi itu laki-laki. Tetapi yang terjadi justru berlawa-nan dengan skenario Fir’aun.
Nabi Musa malah tumbuh besar di dalam istananya, secara perlahan mengge-rogoti dan menghancurkan kekuasaannya. Nabi ‘Isa as lahir dalam keadaan tidak me-miliki bapak, seperti dijelaskan dalam al-Quran. Mar-yam as ketika mendapat berita dari malaikat Jibril akan lahirnya seorang bayi dari rahimnya. Maryam berkata, “Bagaimana mungkin saya akan mendapatkan anak semen-tara saya tidak pernah bersuami dan saya bukanlah pelacur (pezina)”.
Dengan mukjizat Allah, ‘Isa as setelah lahir segera memiliki kemampuan berbicara, memberikan pembelaan terhadap orang-orang yang akan bertindak jahat kepada dirinya dan ibunya. Melihat peristiwa yang pernah terjadi dan di alami oleh para nabi dan rasul sebelum Muhammad, ma-ka kelahirannya dapat dipas-tikan diikuti pula oleh peristi-wa spektakuler.
Kita ketahui dari sejarah dan hadis bahwa ketika Nabi Muhammad saw lahir, dinding-dinding ista-na Khasrow retak dan mena-ranya roboh. Api di kuil-kuil persembahan Persia padam. Danau dan sawah menge-ring. Berhala-berhala yang memenuhi pelataran Ka’bah tumbang. Cahaya dari tubuh Nabi memancar naik ke langit dan menerangi semua tempat yang dilaluinya. Anusyirwan dan pendeta-pendeta Zaratustra mendapatkan mimpi yang menakutkan. Ketika lahir, Nabi kecil itu telah tersunat dan tali pusar-nya pun sudah terpotong.
Saat lahir ke dunia, beliau berkata; “Allahu Akbar, al-Hamdulillah, Dia-lah Allah yang harus disembah siang dan malam.” Peristiwa yang mengawali kelahiran setiap Na-bi tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semua peristiwa itu berada dalam skenario dan perencanaan Allah, khususnya yang berkenaan dengan kelahiran Nabi Muhammad baik dalam kitab Taurat maupun Injil.
Allah berfirman kepada Nabi ‘Isa: Dan ingatlah ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah padamu, membenarkan apa yang sebelumnya dari Taurat pemberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan ketera-ngan-keterangan, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. 61:6).
Seandainya telah terjadi keterputusan proses transformasi pendelegasian tugas kerasulan di bumi, maka sistem kesetimbangan alam raya akan mengalami gangguan. Dan itu berarti kiamat pasti telah terjadi. Dalam pandangan para arif dan ahli kalam, peristiwa kelahiran Nabi Muhammad saw telah “dicatat” Allah Swt sejak pertama kali Dia “merencanakan” penciptaan alam semesta.
Mereka mengatakan bahwa ketika alam akan diciptakan, Allah pertama kali menciptakan Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad kemudian Tajalliyyat Allah diturunkan ke alam semesta. Allah menciptakan alam semesta sebagai manifestasi atas kecintaannya kepada Muhammad. Karenanya konsepsi dasar penciptaan Allah diikadkan melalui tali cinta kasih Allah kepada Nur Muhammad.
Kelahiran Muhammad mengalami dua periode. Periode pertama di alam arwah dan periode kedua di dunia. Banyak riwayat hadis menyebutkan bahwa seluruh makhluk mengucapkan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad saw berhenti di Baitul Maqdis melaksanakan shalat dan berjamaah dengan semua nabi dan rasul. Nabi sebagai Imam.
Pertemuan tersebut diawali dan diakhiri dengan menyampaikan shalawat kepadanya sebagai tanda perhormatan tertinggi yang diberikan Allah kepada Muhammad. Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bersalawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman bersalawatlah kepadanya, dan berilah salam dengan sungguh-sungguh. (QS. 33:56)
Dengan kedudukan Nabi Muhammad saw yang mulia itu, maka proses kelahirannya dapat dipastikan sangat spektakuler. Manusia agung tersebut hadir ketika awan gelap jahiliyah telah menutup jazirah Arab sepenuhnya. Perbuatan buruk dan haram, perang berdarah, penindasan terhadap budak dan perempuan, perampokan, pembunuhan bayi telah memusnahkan seluruh tatanan moral dan menempatkan masyarakat Arab dalam situasi kemerosotan budaya yang luar biasa.
Tapi tak dinyana bahwa di tengah kebejatan moral yang sedemikian itu ada sekelompok keluarga yang menjaga kehormatannya, harga dirinya, nilai-nilai kemanusiaannya dan transendensi imannya. Keluarga ini menata dan menjaga amanat yang digariskan oleh nenek moyangnya Nabi Ibrahim as dalam meletakkan dasar-dasar agama Tauhid.
Setelah membangun “Rumah Allah” Ka’bah Ibrahim berdoa: Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata (berdoa), “Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan berikanlah rezeki kepada penduduknya dengan buah-buahan (yaitu) terhadap orang-orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenang-nyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Ibrahim berdoa) “Ya Tuhan kami, utuslah seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Kitab (al-Quran) dan hikmah, serta membersihkan dosa mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 2: 126, 129).
Sepeninggal Ibrahim as dan Ismail as, secara temurun mereka menitipkan urusan pemeliharaan Baitullah Ka’bah ke tangan orang-orang saleh dari keturunannya. Dari merekalah datuk dan kakek Nabi Muhammad secara bergantian memelihara Ka’bah; yang kalau diurut adalah: ‘Abdullah, ‘Abd al-Muththalib, Hasyim, ‘Abd Manaf, Qushai, Kilab, Ka’ab, Lu’ai, Ghalib, Fihr, Malik, Nazar, Kinanah, Khuzamah, Mudrikah, Ilyas, Mazar, Nazar, Ma’ad bin Adnan. Silsilah inilah yang senantiasa disampaikan oleh Nabi Muhammad saw tentang datuk-datuk beliau. Husein Haekal menggambarkan demikian indah bagaimana kepercayaan dan keyakinan tauhid kakek Rasulullah saw, ‘Abdul Muththalib, ketika menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw.
Dalam upacara pemberian nama di hari ketujuh kelahirannya, ‘Abdul Muththalib menyembelih unta dan mengundang banyak orang. Sebagian orang bertanya ihwal pemberian nama Muhammad kepada cucunya yang keluar dari tradisi penamaan di kalangan orang Arab. Abdul Muththalib menjawab, “Aku inginkan dia menjadi orang yang paling terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi.” Sebuah ungkapan kesadaran dan pengakuan tauhid terhadap keberadaan yang Mahakuasa.
Ketika pasukan Abrahah akan menyerang Makkah, ‘Abdul Muththalib berdoa kepada Allah sambil memeluk dan menarik tali pintu Ka’bah: Ya Allah! kami tidak meletakkan iman kami kepada siapapun selain Engkau, untuk selamat dari kejahatan dan bencana. Ya Allah! Tolaklah mereka dari rumah suci-Mu, musuh Ka’bah adalah musuh-Mu. Wahai Pemberi Rezki, putuskan tangan mereka agar mereka tidak mencemari rumah-Mu. Bagaimanapun, keselamatan Rumah-Mu adalah tanggung jawab-Mu. Jangan biarkan datangnya hari ketika salib menjadi jaya atasnya dan penduduk negeri-negeri mereka merebut negeri-Mu dan menguasainya.
sumber dari www.fatimah.org
~ku jejaki ahlul bayt kerana ku ingin menjadi sebahagian dari mereka - Ummu Husseini~
Kelahiran Nabi Islam
Mata bersinar seterang cahaya matahari, kenyataan kata-kata yang keluar dari bibirnya lebih jelas dari sinar matahari, hatinya lebih segar dari bunga kebun Yatsrib dan Thaif, kebiasaan dan moralnya lebih baik dari pada cahaya bulan malam Hijaz, pikirannya lebih cepat dari angin yang kencang, lidahnya yang mempesona, hatinya yang penuh dengan cahay, putusan yang kokoh bagaikan pedang tajam dan kata-katanyayang menyenangkan keluar dari mulut. Dialah Muhammad putra Abdullah, Nabi yang berasal dari tanah Arab, Nabi penghancur berhala, berhala yang memisahkan seorang saudara dengan saudaranya yang lain, dia tidak hanya meluluhlantakkan berhala kayu dan batu tapi dia juga menghancurleburkan berhala kekayaan, kebiasaan buruk dan penyembahan pada roh nenek moyang.
Satu-satunya perkara yang pengecut Quraish inginkan adalah uang, ia harus ditransfer dari tangan pengembara Arab kekantong mereka. Sesuatu yang mereka anggap sangat berharga dalam kehidupannya adalah keuntungan atau laba, dalam mengusahakan mereka harus mengadakan perjalanan di padang pasir dengan mengendarai unta, mereka siap menghadapi kesulitan seberat apapun, setelah itu pulang ke kampung halamannya Mekkah, yang merupakan kota berhala, di mana uang adalah benda yang selalu mereka idam-idamkan.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menggetarkan urat syaraf mereka, impian mereka hancur berantakan. Dunia memalingkan wajhnya sambil berkata : “Harga manusia tidak semurah yang kamu kira, keadaan pengembara Arab tidak seperti apa yang kamu pikirkan, inilah suara Muhammad”.
Orang-orang Arab pada zaman itu adalah orang yang sangat bangga dan egois, mereka menganggap orang-orang ajam (selain Arab) adalah orang yang rendah. Tidak hanya ini saja, mereka pun menilai bahwa orang Ajam adalah bukan manusia. Muhammad tidak menyetujui keyakinan mereka ini. Menanngapi sikap orang Arab ini, beliau mengatakan :”Tidak ada orang Arab yang lebih unggul dari bukan Arab kecuali kesalehannya. Tidak peduli suka atau tidak, umat manusia adalah bersaudara.”
Orang-orang mustadh’afin (tertindas), tuna wisma dan tak berdaya wajahnya terbakar oleh angin panas, masyarakat mengasingkannya dan menyesengsarakan kehidupannya. Di mata masyarakat, mereka lebih rendah dari pada butiran pasir dan kehidupannya tidak membuat orang l;ain iri hati. Sebenarnyamerekalah sahabat Nabi yang sejati, sebagaimana sahabat Nabi Isa dan orang-orang besar dunia lainnya. Demi merekalah Nabi Muhammad saaw berusaha mencegah kediktatoran, melarang perbudakan, membebaskan budak sahabatnya dan mendirikan baitul mal sehingga seluruh rakyat bisa mengambil manfaat tanpa diskriminasi. Beliau mengarahkan masyarakt untuk berusaha mencapai kesejahteraan umum. Dia menuntut orang Quraish yang merupakan kerabatnya untuk memperbaiki tindak-tanduknya, beramal saleh, serta mengerjakan sesuatu karena Allah yan telah memadukan ciptaan-Nya yan tersebar menjadi kesatuan yang lengkap.
Namun, kaum Quraish menghasut orang-orang jahiliah dan anak-anaknya sendiri untuk melempar dan mengejek beliau.
Kaum budak yang tertindas, tidak berumah dan tak mempunyai kemampuan apa-apa, di antaranya Bilal , muadzin Nabi, sangat gembira mendengar kata-kata Nabi, “Semua manusia diberi rizqi oleh Allah dan Allah sangat mencintai umat yang suka menolong makhluq-nya”. Ini adalah da’wah Muhammad.
Orang-orang yang memusuhi, melempari dan mengejeknya mendengar suara yang menggetarkan : “Bila kamu (Muhammad) berbuat kejam dan berhati keras niscaya mereka semua akan meninggalkanmu semenjak dulu. Ampunilah mereka, bermohonlah kepada Allah untuk menghapus dosa mereka dan bermusyawarahlah bersama mereka dalam masalah tertentu. Tetapi ketika kamu sudah mencapai suatu keputusan berimanlah kepada Allah. Allah mencintai orang-orang yang beriman. Inilah suara Muhammad. “
Kata-kata suci berikut ini terpatri dalam pikiran orang-orang yang berusaha berjalan menuju Allah demi kehidupan yang lebih baik, mereka siap sedia mendukung (Muhammad) dalam usaha menghancurkan penyembahan berhala dan perbuatan jahat, mereka takut kalau-kalau hak dan perbuatan baiknya tersia-sia di medan pertempuran.
Ingatlah! Jangan berkhianat, jangan menyia-nyikan amanat, jangan membunuh anak-anakmu baik laki-laki ataupun perempuan, jangan membunuh orang tua renta, jangan membunuh rahib di biara, jangan membakar pohon kurma, jangan menebang pohon dan meruntuhkan bangunan. Ini adalah seruan Muhammad.
Orang-orang Arab mendengar seruan yang menyejukkan ini dan menyebarkannya ke empat penjuru dunia. Mereka mencelup pejabat dan raja perkasa dengan permohonan ini, menjadikan persahabatan sesama umat manusia dan menguntaikannya dalan satu keyakinan, serta menciptakan hubungan antara manusia dan Tuhannya.
Naungan Muhammad tersebar sedemikian rupa sehingga seluruh isi dunia menjemput kedatangannya, negeri-negeri dari timur sampai barat mulai menghasilkan buah kebaikan, pengetahuan, kedamaian, dan persahabatan. Nabi Islam membentangkan tangan dan menebarkan benih-benih persahabatan dan persaudaraaan ke seluruh dunia. Olah karena itu, pengikut Muhammad ada di mana-mana. Satu di antara mereka mungkin ada dari Paksitan dan ada yang lainnya dari Spanyol, tapi walaupun demikian mereka menduduki derajat yang sama. Nabi tetap menghormati dan menghargai orang-orang Timur yang sampai saat ini masih memegang teguh mahkota kerajaan.
Panggilan Muhammad adalah panggilan persaudaraan. Ia menghentikan tangan para penguasa yang berusaha merenggut harta warganya dan menyamakan hak azasi manusia. Dalam agama yang dia anut, tidak ada diskriminasi antara orang kecil, pejabat, warga negara, orang Arab dan orang ajam karena mereka semua adalah hamba Allah, hanya Allah-lah yang memberi rizqi kepada mereka.
Suara mulia ini mampu memerdekakan perempuan dari penindasan laki-laki, membebaskan para pekerja dari ketidakadilan pemilik modal (kapitalis) dan melepaskan budak dari ketaatan yang berlebihan kepada tuannya. Islam menentang Plato dan para filosof lainnya yang mencabut hak sosial para pekerja hanya karena pekerjaannya yang hina, mereka membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas, sebaliknya Nabi Islam mendorong manusia berpartisipasi dalam urusan pemerintah, beliau mengharamkan riba dan eksploitasi manusia oleh yang lainnya.
Makhluk yang murah hati ini adalah pribadi agung yang menaburkan berkah pada umat manusia, yang melenyapkan kesesatan, karenanyalah nilai kehidupan menjadi dan mulia, kebebasan menjadi perkara yang besar, serta realitas atau kenyataan menjadi terangkat, dialah Muhammad saaw.
sumber dari www.fatimah.org
~ku jejaki ahlul bayt kerana ku ingin menjadi sebahagian dari mereka - Ummu Husseini~