Fatimah as hidup dan membesar di samping wahyu Allah dan kenabian Muhammad saw. Beliau dibesarkan di dalam rumah yang penuh dengan kalimat-kalimat kudus Allah SWT dan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Seringkali Rasulullah saw melihat Fatimah masuk ke dalam rumahnya, lantas baginda menyambut dan berdiri terus mencium kepala dan tangan puteri kesayangannya.
Pada suatu hari, 'Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw tentang kecintaan baginda yang sedemikian besar kepada Fatimah as.
Baginda menegaskan, "Wahai 'Aisyah, jika engkau tahu apa yang aku ketahui tentang Fatimah, niscaya engkau akan mencintainya sebagaimana aku mencintainya. Fatimah adalah darah dagingku. Ia tumpah darahku. Barang siapa yang membencinya, maka ia telah membenciku, dan barang siapa membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku."
Kaum muslimin telah mendengar sabda Rasulullah yang menyatakan, bahawa sesungguhnya Fatimah diberi nama Fatimah karena dengan nama itu Allah SWT telah melindungi setiap pecintanya dari azab neraka.
Fatimah Az-Zahra' as saling tak tumpah seperti ayahandanya Muhammad saw dari segi rupa dan akhlaknya.
Ummu Salamah ra, istri Rasulullah, menyatakan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah. Demikian juga 'Aisyah. Ia pernah menyatakan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah dalam tuturkata dan pemikirannya.
Fatimah as mencintai ayahandanya melebihi cintanya kepada siapa pun.
Setelah ibunda yang dikasihinya, Khadijah as wafat, beliaulah yang merawat ayahnya ketika masih berusia enam tahun. Beliau sentiasa berusaha untuk menggantikan peranan ibundanya bagi ayahandanya itu.
Pada usianya yang masih muda remaja itu, Fatimah menyertai ayahnya dalam berbagai cubaan dan ujian yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin Makkah terhadapnya. Dialah yang membalut luka-luka ayahandanya dan yang membersihkan kotoran-kotoran yang dilemparkan oleh orang-orang Quraisy ke arah ayahanda tercinta.
Fatimah sentiasa berbicara bersama ayahandanya dengan kata-kata dan gurauan serta usikan yang dapat menggembirakan dan menyenangkan hatinya. Untuk itu, Rasulullah saw memanggilnya dengan julukan Ummu Abiha, aitu ibu bagi ayahnya, kerana kasih sayangnya yang sedemikian tercurah kepada ayahandanya.
Thursday, April 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment