Tak lama kemudian Imam Ali memasuki rumah dan dengan penuh kehairanan melihar prilaku isterinya seraya bertanya: Wahai Fatimah sepertinya engkau telah sembuh dari sakitmu. Isteri menjawab: Tidak, namun aku lakukan hal ini kerana aku tahu sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian,, aku akan meninggal anak-anakku sebagai yatim,oleh kerana itu biarkan aku melakukan semua ini untuk terakhir kalinya bagi mereka.
Dengan penuh kehairanan Imam Ali menanyakan dari mana kau tahu hal itu? Fatimah menjawab: Baru saja aku melihat ayahku Rasulullah dalam tidurku, dan aku sampaikan padanya apa yang aku dapatkan dari perlakuan para sahabatnya, lalu beliau mengatakan: Malam ini engkau akan bersamaku. Setelah urusan rumah dan anak-anak selesai, Fatimah memanggil Imam Ali memohon beliau duduk di sampingnya seraya berkata: Wahai putera pakcikku sungguh engkau ketahui , bahawa aku tidak pernah berbohong padamu selama hidupku, aku tidak pernah berhianat padamu, aku tidak pernah melanggar perintahmu. Aku ingin mewasiatkan padamu beberapa hal, sudikah kau melaksanakannya?.
Imam Ali dengan menangis menjawab: Wahai puteri Rasulallah, engkau lebih mulia untuk melakukan kebohongan dan penghianatan, engkau adalah wanita yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah, sampaikan segala apa yang engkau ingin wasiatkan, aku siap untuk melaksanakannya. Aku ingin jika aku telah meninggal nanti agar engkau mengawini, Ummamah, karena aku tahu dia sangat sayang dan mencintai Hasan dan Huseinku, selain itu aku tahu bahwa seorang laki-laki tidak bisa hidup tanpa seorang wanita. Berikan perhatianmu sehari buat isterimu dan sehari untuk Hasan dan Husein, sungguh murka Allah akan menimpakan kepada orang yang membunuh keduanya.
Wasiat yang kedua lakukanlah segala urusan zenazahku di malam hari dan jangan sampai ada diantara meraka yang hadir. Setelah Imam Ali mengiyakan dan menyanggupi untuk melaksanakan seluruh wasiatnya, Imam Ali keluar dan tinggal Sayyidah Fatimah bersama Asma’ binti Umais dan Fidhah, kepada Asma’ beliau meminta untuk meletakan tempat tidur di tengah ruangan dan beliau sendiri masuk kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Mungkin beliau ingin membersihkan sisa-sisa darah yang masih ada di tubuhnya akibat luka yang terjadi beberapa hari sebelumnya.
Mungkin beliau tidak ingin orang lain, sekalipun suaminya tahu atas luka yang di deritanya. Tak lama kemudian setelah mengenakan pakaiannya yang bersih beliau berbaring di tempat tidurnya dan matanya yang tajam beliau melihat ke atas serata berkata: “Salam bagimu wahai Jibrail, Salam bagimu wahai Rasullalah. Ya Allah bersama RasulMu, di dalam kerelaan dan surga yang penuh dengan kedamaian” Apakah kalian tidak apa yang aku lihat? Apakah yang anda lihat wahai puteri Rasulallah? Kata mereka.Aku melihat rombongan penduduk langit, aku melihat Jibrail dan ayahku Rasulallah datang dan berkata padaku: Datanglah sungguh setelah ini akan kau dapatkan yang lebih baik untukmu.
Kemudian beliau membuka matanya dan berkata: “Salam bagimu wahai malaikat pencabut nyawa, cepatlah dan jangan kau siksa aku, KepadaMu Ya Allah dan bukan ke nerakaMu.” Setelah beliau memejamkan kedua matanya serta menjulurkan tubuhnya kedua kaki dan tangannya dan Innaa lillaaaaaaaaaaaaah wa……..Asma’ tak kuasa lagi menahan dirinya, lalu dia membaringkan tubuhnya ke tubuh suci puteri Rasul sambil menciumnya, seraya berkata: sampaikan salamku pada ayahmu Rasulullah.
Saat itu juga masuklah Al-hasan dan Al-hussein dengan penuh heran keduanya bertanya pada Asma’, wahai Asma’ apa yang mebuat ibuku tidur pada saat ini? Asma menjawab: Wahai putra Rasulullah ibumu tidak tidur, ibumu telah meninggal dunia. Imam Hasan merebahkan tubuhnya di kaki ibunya dan menciumnya, seraya berkata: Wahai ibuku: Jawablah panggilamku…………….!
Begitu juga Imam Hussein Wahai ibuku aku adalah puteramu Hussein jawablah panggilanku……………! Asma’ menyuruh keduanya untuk ke masjid dan memberi tahu ayahnya. Madinah kembali berduka seperti hari wafatnya Rasulullah, sahabat berbondong-bondong mendatangi rumah puteri Rasul.Azan magrib telah terdengar, Imam Ali menyuruh Abu dzar menyampaikan pada hadirin bahawa pelaksanaan solat pengkebumian Fatimah ditunda.
Pada malam harinya disaat penduduk kota Madinah terlelap dalam tidurnya Imam Ali melaksanakan wasiat puteri Rasul, beliau memandikannya dengan dibantu oleh Asma’ dan setelah itu mengkafani dan mentahnithi dengan hanuth yang dibawa Jibrail yang diberikan kepada Rasulullah dan Rasul menyuruh untuk dibagi tiga, untuk beliau, puterinya Fatiamah dan Imam Ali.
Setelah selesai semua itu beliau menyuruh Imam Hasan, Imam husein, Zainab dan Ummu kultsum untuk memeluk ibunya untuk terahir kalinya dengan bersabda: halummu watazawwadu min ummikum wazadzaal firaaq wal liqaa’filjannah. Merekapun menangis dan memeluk ibu tercinta. Imam Ali pun dengan perasaan yang hancur melihat adegan yang paling menyedihkan dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian beliau bersabda:
Demi Allah aku melihat Fatimah menjulurkan tangannya dan memeluk Al- Hasan dan Al- Hussein ke dadanya sungguh pemandangan yang tidak membuat penduduk dunia saja namun para malaikat ikut bersedih dan menangis, sampai Imam Ali mendengar teriakan dari langit, Wahai Ali angkat kedua anakmu sungguh semua penduduk langit tidak tahan lagi melihatnya. Setelah disolatkan dengan para sahabat khusus Imam mengkebumikan puteri Rasulullah dengan mengucapkan:
“Salam bagimu Wahai Rasullullah dariku dan dari putrimu, kini ku kembalikam amanat yang engkau berikan padaku, sungguh berat bagiku perpisahan ini,perbanyaklah pertanyaan mu padanya dia akan menceritakan padamu semuanya. Sungguh kesedihanku akan berkepanjangan jika engkau tidak memberikan contoh pada kami untuk bersabar,maka tentu aku tidak akan meninggalkan tempat ini, salam sejahtera bagimu berdua dari seorang yang meninggalkanmu bukan karna bosan dan benci, namun karena janji Allah kepada orang-orang sabar.”
No comments:
Post a Comment